WeLcome

Welcome To our blog....enjoy to this blog....


The NEWEST from us

The NEWEST from us
uLtah buLun & iNa

02 Februari 2011

Unyu-nya Si Penyu





Bulan januari kemaren, gue dan 7 orang teman jalan ke Ujung Genteng. Yaps, dari segi nama rada unik ya? Atau biasa aja? Ya terserah lu deh, persepsi orang kan beda (kenapa jadi nyolot?)
Ujung genteng ini bisa ditempuh setelah melewati perjalanan ke tengah genteng. Hehe. Becanda mulu deh. Seriusnya Ujung Genteng itu ada di daerah Sukabumi selatan, yah rada2 deket sih sama pantai pelabuhan ratu.

Perjalanan pergi dari Depok (tempat tinggal gue) cukup makan waktu, selain itu juga melelahkan banget karena kita harus naik turun beberapa kali angkutan. Sukur2 kalo kalian dapet carteran angkutan yang murah, itu pun dengan catatan kalian harus berada dalam rombongan kan, ya minimal delapan orang lah, kayak rombongan gue. Nah, jadi kalo kalian mau backpack sendirian kesana emang rada susah, karena sulitnya angkutan dan jauhnya jarak. Tapi gak menutup kemungkinan kok kalo kalian mau backpack sendirian. Cuma lebih enak emang berada di dalam rombongan karena bisa share ongkos kalo nyarter2 gitu, soalnya angkutan disana kan udah gue bilang rada susah, jadi kebanyakan wisatawan yang kesana pada nyarter sama rombongannya. Yah mungkin kalo kalian punya budget banyak dan pengen backpack sendiri, bisa tuh sering2 naik ojek. Kalo kalian punya budget pas-pasan kayak gue, terpaksa susah-susah nyari carteran dan bahkan harus jalan kaki beberapa kilometer, saking susahnya angkutan.

Ujung Gentengnya sendiri adalah sebuah pantai, warna pasirnya mirip kayak campuran kopi ama susu. Tiap liat pasirnya, rasanya gue pingin bawa termos ama gelas terus gue seduh tu pasir dan fualah jadilah kopi susu ngebul. Hehe.

Menurut gue pemandangan pantainya ga terlalu istimewa. Ya emang standar laut dan pantai di Indonesia emang indah-indah kali ya? Kalo dari itung-itungan gue sih, pantai ujung genteng masuk kategori “lumayan” deeh. Walaupun pemandangan pantainya lumayan, tapi daerah wisata di Ujung Genteng ini ga berhenti sampe pemandangan pantai dan kecipak kecipuk di air garem doang. Disana ada beberapa air terjun, atau orang kita sering nyebut “curug” yang oke punya. Sebenernya gue dan rombongan kemaren ke dua tempat yang menyediakan pemandangan curug, yaitu cikaso dan cigangsa, tapi sayangnya curug cigangsa lagi surut, jadi kami ga bisa menikmati keindahan jatohan air cigangsa ini. Gue mengakui banget nih curug cikaso sangat indah, disana ada tiga air terjun. Pemandangan sekitarnya pepohonan hutan yang masih asri. Sayangnya, seperti kebanyakan tempat wisata di Indonesia, di beberapa tempat ada tumpukan sampah yang bikin mata sepet. Tapi pemandangan sampah itu ketutup deh sama pemandangan yang memanjakan mata. Gak nyesel pokonya kesana.

Di cikaso ini gue sempet berenang agak gak mikir-mikir, sampe kerudung gue ga sengaja sempet copot beberapa menit. Hehe. Ga apa-apa deh, gue anggep sebagai amal jariyah buat lelaki yang melihatnya. Selain ke curug-curug, kami juga ke amanda ratu yang konon katanya mirip dengan tanah lot yang ada di Bali, tapi karena gue belum pernah ke tanah lot, jadi gue ga bisa komentar apa-apa. Di Amanda ratu ini ada muara yang katanya airnya dari curug cigangsa, terus ada seonggok batu yang dipenuhi rumput yang letaknya agak ke tengah laut. Lagi-lagi pemandangan ini gue sebut lumayan. Hehe. Setiap orang punya pendapat masing-masing loh.

Setelah ngider ke beberapa tempat, tempat wisata akhir yang akan kita kunjungi adalah Pantai Pangumbahan. Pangumbahan ini adalah tempat pelestarian penyu. Disini pemandangan pantainya meningkat dari “lumayan” ke “oke”. Pas momen saunset, langitnya berwarna merah. Dan pantainya bersih ga ada karang dan sampah (yaiyalah, kan tempat pelestarian penyu).

Gue sempet bingung masalah penyu sebelum adanya info dari pangumbahan ini. gue masih mengira penyu itu legal dikonsumsi termasuk telurnya, karena sering di beberapa liputan di tivi ada berita tentang jual beli telur penyu. Tapi, setelah ke pangumbahan ini, gue udah haqul yakin bahwa perdagangan dan pengonsumsian penyu dalam bentuk apapun itu haram hukumnya menurut hukum negara. Nah di pangumbahan ini ada banyak info tentang penyu, kalo masih belum puas, kita bisa tanya-tanya langsung sama petugasnya.

Setiap hari ada penglepasan tukik (bayi penyu) ke pantai sekitar pukul 17.30 wib lah. Beruntungnya, hanya ada sedikit orang yang ikut proses penglepasan tukik, mungkin karena pas weekdays, jadi gue puas banget main-main ama tukik sampe dia pergi ke lepas pantai. Wujud si tukik ini asli imut dan innocent banget deh. Sekali lo liat pasti bakal langsung sayang. Hehe.

Usut punya usut, si tukik yang kita lepas ini, beberapa puluh tahun kemudian akan kembali ke tempat dimana dia dilepaskan untuk bertelur. Wow banget. Walaupun dia binatang tapi gak pernah lupa kampung halaman. Padahal kadang-kadang manusia suka malu kalo ngakuin kampung halamannya. Apalagi kalo nama kampung halamannya aneh dan gak dikenal orang. Hehe.

Setelah pengalaman melepas tukik yang menyenangkan, gue menunggu momen penyu bertelur. Menurut petugas, penyu-nya akan bertelur sekitar pukul 10 malam. Emang proses menunggunya agak kurang enak karena ngantuk2 gitu, tapi petugasnya menyediakan tempat untuk istirahat kok, jadi ga usah khawatir kalo kalian mau nunggu sambil tidur, tinggal tanya2 petugasnya aja. Kalo gue waktu itu kebetulan berangkat rame-rame jadi main games tebak gaya sampe mati gaya. Hehe.

Sampe akhirnya kita diajak petugas untuk melihat penyu bertelur sekitar pukul 11 malam. Petugasnya me-warning rombongan yang akan melihat penyu untuk sama sekali gak berisik dan gak menyalakan cahaya, bahkan moto pun gak boleh pake blitz. Nah loh, gimana caranya tuh? Hehe. Penyu ini emang binatang yang pemalunya kebangetan, sedikit aja dia melihat cahaya atau mendengar suara berisik, maka dia mengurungkan niat untuk bertelur di pantai dan akhirnya balik lagi ke laut.

Akhirnya kita dipandu oleh petugas melihat penyu bertelur, sekali bertelur si penyu ini bisa menghasilkan sampai seratusan lebih telur. Tapi kadang yang menyedihkan, ga sedikit bahkan bisa hampir 50% nanti telurnya yang busuk dan gak jadi tukik. Penyu bertelor yang gue liat gede banget, beratnya sekitar satu kuintal kata petugas. Wow banget kan? Terus muka penyu yang lagi bertelur keliatan sangat innocent dan seolah-olah ada airmatanya. Pokoknya kalian yang udah dateng ke pangumbahan tapi ga sayang ama penyu, gue udah ga ngerti lagi apa yang terjadi ama hati kalian, karena penyu ini loveable banget.

Proses menunggu yang amat lama penyu bertelur ini terbayar sudah setelah melihat langsung si penyu bertelur walaupun cuma beberapa menit. Akhirnya gue dan rombongan pulang ke penginapan sambil gelap-gelapan karena ga boleh bawa senter, tapi langitnya waktu itu cerah banget sehingga gue bisa ngeliat langit indah yang bertaburan bintang sambil pulang. Cumaa yaa gitu deehh, nyampe penginapan kaki gue pegel ruarrr biasa karena harus jalan 3 kilometer (di atas pasir pula!) karena ga ada angkutan murah yang bisa ditunggangi. Hosh.hosh.

Here We Are

Here We Are